enimpost.com,MUARAENIM – Di sebuah pagi yang tenang di Desa Sukamenang, Kecamatan Gelumbang, kehadiran seorang prajurit berseragam loreng tak lagi menjadi pemandangan yang terasa kaku. Ia justru disambut hangat oleh warga yang tengah duduk di teras rumah, menyeruput kopi, atau menata hasil kebun. Sosok itu adalah Koptu Yulius, Babinsa Koramil 404-01/Gelumbang Kodim 0404/Muara Enim, yang telah menjadi bagian dari keseharian warga desa. Senin (8/12/2025), ia kembali menggelar Komunikasi Sosial (Komsos)—kegiatan yang bagi sebagian orang mungkin terlihat sederhana, namun memiliki makna strategis dalam menjaga stabilitas keamanan dan keharmonisan wilayah.
Sebagai Babinsa, Yulius memahami bahwa keamanan tidak lahir begitu saja dari perangkat formal atau patroli semata. Keamanan dibangun dari kepercayaan, dari saling mengenal, dan dari hubungan yang terjalin antara aparat dan masyarakat. Karena itu, Komsos bukan sekadar agenda rutin, melainkan jembatan penting yang menghubungkan negara dengan rakyatnya.
“Melalui komsos, saya bisa lebih dekat dengan warga binaan. Ini bukan hanya soal tugas, tapi bagian dari upaya membangun rasa kekeluargaan,” ujar Yulius sembari tersenyum kepada warga yang duduk melingkar di balai desa.
Ia menegaskan bahwa dengan komunikasi yang cair dan terbuka, masyarakat tidak lagi sungkan untuk berbagi informasi ataupun menyampaikan keluhan terkait kondisi lingkungan mereka.
Dalam setiap kunjungan, Yulius tidak membawa perangkat resmi atau catatan tebal. Ia memilih hadir apa adanya, menyatu dengan warga—mengobrol ringan, mendengarkan cerita keseharian mereka, hingga membahas perkembangan situasi di desa. Dari obrolan seperti itulah sering kali muncul informasi penting, mulai dari isu keamanan, potensi konflik sosial, hingga persoalan kecil yang bisa berkembang besar jika tak segera ditangani.
Bagi Yulius, menjaga ketertiban bukan berarti tampil menggurui atau mendikte. Ia lebih memilih pendekatan humanis: hadir sebagai saudara, bukan sekadar aparat. “Kita harus saling berbaur. Dengan begitu hubungan kedekatan terjalin, dan warga merasa aman untuk berbicara jujur kepada Babinsa,” katanya.
Pendekatan ini mencerminkan konsep kemanunggalan TNI dan rakyat, sebuah prinsip yang sudah lama menjadi fondasi tugas para Babinsa di seluruh Indonesia. Mereka bukan hanya penjaga wilayah, tetapi juga bagian dari masyarakat yang hidup berdampingan dengan warga, hadir dalam suka maupun duka.
Di Desa Sukamenang, keberadaan Yulius telah menjadi contoh nyata bagaimana keharmonisan tercipta melalui komunikasi yang intens dan penuh empati. Warga mengenal dia bukan hanya sebagai Babinsa, melainkan sebagai tempat bertanya, tempat bercerita, bahkan tempat mencari solusi ketika muncul kesulitan.
Aktivitas Komsos juga membantu Yulius memahami dinamika sosial masyarakat. Ia dapat melihat langsung persoalan di lapangan—mulai dari kebutuhan dasar warga, isu keamanan lingkungan, hingga potensi kegiatan masyarakat yang perlu didampingi. Semua itu menjadi dasar bagi Yulius untuk merencanakan langkah-langkah pembinaan teritorial yang lebih efektif.
“Babinsa itu dari rakyat, untuk rakyat,” tegasnya. Karena itulah, ia berusaha selalu hadir dalam kegiatan warga: gotong royong, pertemuan adat, hingga persoalan sehari-hari yang membutuhkan pendampingan.
Komsos hari itu kembali menjadi bukti bahwa keamanan adalah hasil dari hubungan harmonis yang dijaga dengan ketulusan. Di Sukamenang, Yulius bukan hanya penjaga wilayah—ia adalah penghubung yang meneguhkan bahwa negara hadir tidak hanya lewat aturan, tetapi juga lewat kedekatan dan kepedulian.






