Pusat Gerabah di Kasongan Bantul: Warisan Budaya yang Terus Berkembang

enimpost.com, – Desa Kasongan di Bantul, Yogyakarta, telah lama dikenal sebagai pusat kerajinan gerabah yang kaya akan sejarah dan budaya. Cerita tentang bagaimana kerajinan gerabah di desa ini dimulai cukup unik dan berakar dari kejadian bersejarah yang berhubungan dengan masa kolonial Belanda.

Menurut cerita, pada suatu waktu di masa penjajahan Belanda, seekor kuda milik seorang polisi Belanda mati di atas tanah milik salah satu warga Kasongan. Warga tersebut, khawatir akan menerima hukuman dari pemerintah kolonial, memutuskan untuk merelakan tanahnya. Tindakannya ini menarik perhatian warga sekitar, dan beberapa dari mereka mengikuti jejaknya dengan memberikan tanah mereka juga. Akibatnya, tanah-tanah yang telah direlakan itu diambil alih oleh warga desa lainnya.

Warga yang kehilangan tanahnya kemudian mulai memikirkan cara baru untuk mencari penghidupan. Mereka memanfaatkan tanah liat yang melimpah di sekitar mereka dan mulai mengolahnya menjadi mainan serta peralatan dapur seperti kuali, kendil, dan cowek. Dari sinilah cikal bakal kerajinan gerabah di Kasongan berkembang, menjadi mata pencaharian baru bagi warga setempat.

Sejarah kerajinan gerabah di Kasongan sebenarnya sudah ada sejak lama. Berdasarkan keterangan dari Isi.ac.id, kegiatan seni kerajinan gerabah di desa ini telah ada sejak zaman Perang Diponegoro (1825-1830). Pada masa itu, masyarakat sudah terbiasa membuat berbagai peralatan dari gerabah untuk kebutuhan sehari-hari, seperti pengaron, anglo, dan alat dapur lainnya. Gerabah tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat pada masa itu.

Namun, perkembangan signifikan Desa Wisata Kasongan terjadi pada tahun 1971-1972, ketika seorang seniman besar dari Yogyakarta bernama Sapto Hudoyo ikut andil dalam mengembangkan desa ini. Sapto Hudoyo melihat potensi besar dalam kerajinan gerabah Kasongan dan memutuskan untuk membina para pengrajin di sana. Melalui bimbingannya, para pengrajin tidak hanya belajar membuat gerabah dengan desain yang lebih artistik tetapi juga mempelajari aspek komersial dari kerajinan tersebut. Hasilnya, produk gerabah Kasongan mulai memiliki sentuhan seni yang lebih modern dan menarik perhatian pasar yang lebih luas.

Berkat upaya Sapto Hudoyo, Desa Kasongan kini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata seni yang paling terkenal di Yogyakarta. Para pengrajin di Kasongan tidak hanya membuat gerabah tradisional, tetapi juga telah mengembangkan produk lain yang beraneka ragam. Saat ini, selain gerabah, mereka juga memproduksi berbagai kerajinan berbahan dasar tanah liat yang telah dimodifikasi dengan kreativitas tinggi. Produk-produk seperti patung, vas bunga, dekorasi rumah, hingga furnitur berdesain unik banyak diminati, baik oleh wisatawan domestik maupun internasional.

Desa Wisata Kasongan kini menjadi simbol dari kekuatan kreativitas dan ketahanan budaya. Meski berawal dari sebuah peristiwa sejarah yang tidak terduga, kerajinan gerabah di Kasongan telah berkembang pesat menjadi salah satu warisan budaya yang bernilai tinggi di Indonesia. Tidak hanya sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat setempat, tetapi juga sebagai daya tarik wisata yang memperkaya pengalaman budaya para pengunjung. Bagi siapa pun yang berkunjung ke Yogyakarta, singgah di Kasongan untuk melihat langsung proses pembuatan gerabah adalah pengalaman yang tak boleh dilewatkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *