enimpost.com,YOGYA- Kampung Pecinan Ketandan, yang terletak di belakang kawasan ikonik Malioboro Yogyakarta, merupakan salah satu destinasi wisata budaya yang kaya dengan sejarah dan keunikan. Terletak di pusat kota Yogyakarta, kampung ini tidak hanya menjadi saksi bisu perkembangan kota yang terkenal dengan budaya Jawa-nya, tetapi juga mencerminkan keragaman etnis dan budaya yang ada di Indonesia, khususnya komunitas Tionghoa yang telah lama berasimilasi dengan masyarakat Yogyakarta. Berikut ini ulasan ENIMEKSPRES.BACAKORAN.CO dari berbagai sumber :
1. Sejarah dan Asal Usul Kampung Pecinan Ketandan
Kampung Ketandan memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan peran penting komunitas Tionghoa di Yogyakarta. Nama “Ketandan” sendiri berasal dari bahasa Jawa, yang secara harfiah berarti “tempat pedagang”. Hal ini merujuk pada peran awal komunitas Tionghoa di kampung ini sebagai pedagang yang memperkenalkan berbagai produk dari luar negeri, baik berupa barang-barang dagangan maupun budaya.
Pada masa lalu, Ketandan merupakan pusat perdagangan yang ramai dengan aktivitas para pedagang Tionghoa yang menjual barang-barang dari luar Jawa. Berlokasi strategis di belakang Malioboro, yang sudah sejak lama menjadi pusat perdagangan, membuat Kampung Pecinan Ketandan menjadi titik temu antara pedagang lokal dan pedagang asing.
2. Keberagaman Budaya Tionghoa di Ketandan
Ketandan tidak hanya terkenal karena menjadi pusat perdagangan, tetapi juga karena keberagaman budaya yang ada di sana. Salah satu aspek paling mencolok adalah banyaknya rumah-rumah dengan arsitektur khas Tionghoa yang masih terjaga hingga kini. Banyak rumah yang memiliki desain pintu dengan ornamen khas Tionghoa, serta adanya simbol-simbol budaya Tionghoa seperti naga dan bulan sabit yang menghiasi beberapa bagian bangunan.
Selain itu, Ketandan juga dikenal dengan berbagai tradisi Tionghoa yang masih dilestarikan oleh masyarakat setempat, seperti perayaan Imlek, Cap Go Meh, dan ritual-ritual keagamaan yang dilakukan di klenteng-klenteng yang ada di kawasan tersebut. Salah satu klenteng yang terkenal adalah Klenteng Gie Yong, yang menjadi tempat berkumpulnya umat Tionghoa untuk melakukan sembahyang dan doa.
3. Wisata Kuliner dan Seni di Kampung Pecinan Ketandan
Ketandan tidak hanya menyajikan pengalaman sejarah dan budaya, tetapi juga menjadi surga kuliner bagi para pengunjung. Kampung ini dipenuhi dengan berbagai warung dan kedai yang menyajikan makanan khas Tionghoa, seperti bakmi, dumpling, dan kue keranjang. Salah satu yang paling terkenal adalah bakmi Ketandan, yang menawarkan cita rasa unik dengan bumbu-bumbu khas Tionghoa yang begitu menggugah selera.
Selain kuliner, Ketandan juga memiliki daya tarik seni yang tidak kalah menarik. Beberapa seniman lokal memanfaatkan dinding-dinding rumah di Kampung Pecinan ini sebagai media untuk melukis mural yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Tionghoa, serta simbol-simbol budaya Tionghoa yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kampung ini.
4. Kampung Pecinan Ketandan sebagai Destinasi Wisata
Seiring dengan pesatnya perkembangan pariwisata di Yogyakarta, Kampung Pecinan Ketandan semakin menjadi tujuan wisata menarik yang menggabungkan unsur sejarah, budaya, kuliner, dan seni. Keberadaan kampung ini menjadi bukti nyata bahwa Yogyakarta adalah kota yang multi-etnis dan multi-budaya, di mana berbagai komunitas hidup berdampingan dan saling berinteraksi satu sama lain.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta, Kampung Pecinan Ketandan menjadi pilihan yang tepat untuk menikmati suasana berbeda di luar keramaian Malioboro. Pengunjung dapat menikmati keindahan arsitektur tradisional Tionghoa, mencicipi kuliner khas, dan menyaksikan berbagai karya seni yang mencerminkan keberagaman budaya di kota yang penuh dengan pesona ini.
Dengan terus dijaga kelestariannya, Kampung Pecinan Ketandan akan terus menjadi salah satu bagian dari kekayaan budaya Yogyakarta yang perlu dilestarikan dan dikenal oleh generasi mendatang.(*)