Penulis : Dr. H. Akwam, S.Pd.I, M.Pd.I
• Pembina Yayasan Generasi Rabbani Muara Enim
• Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Lahat
• Sekretaris Dewan Etik Daerah PKS Kabupaten Muara Enim
Tulisan ini sengaja saya buat menjelang peringatan Nuzulul Qur’an di bulan suci Ramadhan 1446 H / 2025 M. Setelah makan sahur segera berangkat shalat subuh berjamaah disalah satu masjid komplek perumahan padat di kota kecil Tanjung Enim. Sang Imam pada rokaat pertama setelah Al-fatiham membaca akhir surat Al-Baqarah ayat 284
لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِؕ وَاِنۡ تُبۡدُوۡا مَا فِىۡۤ اَنۡفُسِكُمۡ اَوۡ تُخۡفُوۡهُ يُحَاسِبۡكُمۡ بِهِ اللّٰهُؕ فَيَـغۡفِرُ لِمَنۡ يَّشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَنۡ يَّشَآءُ ؕ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌ
“Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki.(Al-Baqarah 284)
Musim Bunga Akhir Surat Al-Baqarah.
Kutipan ayat “Jika kamu nyatakan, apa yang ada dihatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah menghisabnya”…tapi perhatikan kelanjutan ayatnya ” dan Dia mengampuni siapa yang dikehendaki dan mengazab siapa yang dikehendaki…”
Ayat-ayat ini serasa memberikan ancaman terkait azab yang akan di berikan atas perilaku hati, yang meski kita sembunyikan, namun juga menjadi musim bunga saat kelanjutan ayatnya “Allah mengampuni siapa yang dikehendaki dan mengazab siapa yang dikehendaki, selalu saja ada harapan dibalik ancaman (khouf dan roja’)
Lebih sejuk dan menyemai benih harapan akan tumbuhnya musim bunga saat Allah menutup ayatnya dengan “dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (ujung ayat ke 184)
Allah Maha Kuasa apabila ada hambanya berperilaku buruk, jahat bahkan selalu maksiat bukan hanya maksiat hatinya, namun maksiat keseluruhan anggota tubuhnya namun apabila Allah berkehendak di ujung hayatnya dia bertaubat dan menyesali perbuatannya, dengan membawa tauhid yang benar kemudian diwafatkan sebagai ahli ibadah, lalu Husnul khotimah.
Asbabun Nuzul Turunnya Ayat.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah, dia berkata, “Tatkala Allah menurunkan Surat Al-Baqarah ayat 284 kepada Rasulullah ﷺ, maka sahabat merasa bebannya bertambah berat, lalu mereka datang menghadap Rasulullah ﷺ dan berkata: “Kami telah dibebani dengan pekerjaan-pekerjaan yang sanggup kami kerjakan, yaitu sholat, puasa, jihad, sedekah, dan kini telah turun pula ayat ini, yang kami tidak sanggup melaksanakannya.”
Perhatikan, betapa gundahnya para sahabat mendengar ayat yang mereka pahami dan merasakan kedalaman maknanya, kemudian mengungkap kegalauan hatinya kepada Rasulullah SAW.
Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Apakah kamu hendak mengatakan seperti perkataan Ahli Kitab sebelum kamu, mereka mengatakan, “Kami dengar dan kami durhaka”. Katakanlah: “Kami dengar dan kami taat, kami memohon ampunan-Mu Ya, Tuhan kami, dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.
Tatkala Rasulullah ﷺ membacakan ayat ini kepada mereka, lidah mereka mengikutinya. Lalu turunlah ayat berikutnya, yaitu Ayat 285 Al-Baqarah. Abu Hurairah berkata, “Tatkala para sahabat telah mengerjakan yang demikian Allah menghilangkan kekhawatiran mereka terhadap ayat itu dan Dia menurunkan ayat berikutnya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al-Baqarah/2: 286)
Hadis di atas melukiskan kekhawatiran para sahabat yang sangat takut kepada azab Allah. Para sahabat dahulunya adalah orang-orang yang hidup, dididik dan dibesarkan di dalam lingkungan kehidupan Arab jahiliah. Pikiran, hati, kepercayaan dan adat istiadat jahiliah telah sangat berpengaruh di dalam diri mereka. Bahkan di antara mereka ada pemuka dan pemimpin orang-orang Arab jahiliah.
Musim Bunga Surat Al-Balad
Kembali kepada imam sholat subuh tadi pagi, pada rokaat ke dua, sang Imam membaca surat Al-balad, sampailah di ayat 11sd 20 yang berbunyi…
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَۖ ١١
Maka, tidakkah sebaiknya dia menempuh jalan (kebajikan) yang mendaki dan sukar?
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الْعَقَبَةُۗ ١٢
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu?
فَكُّ رَقَبَةٍۙ ١٣
fakku raqabah
(Itulah upaya) melepaskan perbudakan
اَوْ اِطْعَامٌ فِيْ يَوْمٍ ذِيْ مَسْغَبَةٍۙ ١٤
atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan
يَّتِيْمًا ذَا مَقْرَبَةٍۙ ١٥
(kepada) anak yatim yang memiliki hubungan kekerabatan
اَوْ مِسْكِيْنًا ذَا مَتْرَبَةٍۗ ١٦
atau orang miskin yang sangat membutuhkan.
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِۗ ١٧
Kemudian, dia juga termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar serta saling berpesan untuk berkasih sayang.
اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِۗ ١٨
Mereka itulah golongan kanan.
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِنَا هُمْ اَصْحٰبُ الْمَشْئَمَةِۗ ١٩
Adapun orang-orang yang kufur pada ayat-ayat Kami, merekalah golongan kiri.
عَلَيْهِمْ نَارٌ مُّؤْصَدَةٌࣖ ٢٠
Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.
Mari merenung sejenak, dan belajar mentadaburi ayat-ayatnya. Betapa indahnya susunan bahasanya, betapa serasi urutan kalimatnya. Belum lagi apabila kita mengerti terjemah dan tafsirnya. Sungguh merupakan ayat-ayat musim bunga bagi orang-orang yang beriman.
Pada ayat ke 8, 9, 10 surat Al-balad ini Allah mendahului dengan ungkapan
اَلَمْ نَجْعَلْ لَّهٗ عَيْنَيْنِۙ ٨
Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata,
وَلِسَانًا وَّشَفَتَيْنِۙ ٩
lidah, dan sepasang bibir,
وَهَدَيْنٰهُ النَّجْدَيْنِۙ ١٠
serta Kami juga telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)?
Coba perhatikan, sebelum Allah menyuruh kita menempuh jalan mendaki lagi sukar terlebih dahulu Allah inginkan kira merenung “Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata. (Ayat 8) Dengan mata semua keindahan dunia dapat kita pandang, dengan mata kita bisa membaca ayat-ayat-Nya. Lalu dengan mata pula kita bisa membandingkan kehidupan antar sikaya dan si miskin.
Lalu kelanjutan ayatnya “lidah dan sepasang bibir (ayat 9) dengan lidah kita bisa merasakan lezatnya makanan berbuka puasa, manisnya kurma, enaknya makan sate, atau segarnya segelas teh saat berbuka puasa.
Renungkan kembali kelanjutan ayatnya : “Menunjukan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan) ( ayat 10)
Setelah semua sumber nikmat itu Allah paparkan, baru kemudian Allah menyatakan “Maka, mengapa tidak sebaiknya menempuh jalan mendaki lagi sukar.
Renungan Ayat.
Dalam bahasa Arab ‘aqobah itu artinya jalan disela-sela gunung-gunung.
Yang dimaksudkan adalah jalan menuju surga. Jalan menuju surga seperti menempuh jalan di atas gunung, jalurnya sukar dan butuh perjuangan karena berlawanan dengan keinginan hawa nafsu.
Seharusnya seseorang apabila mengetahui bahwa sesuatu itu baik sepatutnya dia langsung melaksanakannya tanpa perlu berpikir panjang meskipun itu adalah perkara yang berat. Seperti seorang yang melewati jalan-jalan gunung yang membutuhkan perjuangan. Karena demikianlah jalan menuju surga.
Sebenarnya jalan-jalan ini adalah tidak terlalu berat hanya saja dirasa sangat berat bagi orang yang tenggelam dalam kemaksiatan, sehingga untuk berbuat baik akan terasa sangat berat karena ia telah mengikuti hawa nafsunya (lihat Tafsir As-Sa’di hal 924).
Adapun orang yang beriman maka meski jalan-jalan ini berat akan tetapi keimanannya menjadikannya lebih terasa ringan untuk menempuhnya.
Pendapat lain menyatakan bahwa maksud dari عَقَبَةَ adalah gunung di neraka (lihat Tafsir As-Sam’aani 6/229) sehingga maksud ayat ini adalah jika seseorang hendak lolos dan selamat dari siksaan mendaki gunung di neraka maka lewatilah gunung tersebut dengan melakukan amalan-amalan kebajikan seperti membebaskan budak, memberi makan orang miskin, dll.
Meskipun pendapat para ahli tafsir berbeda dalam memahami suatu ayat dalam Al-Qur’an namun kata para Ulama perbedaan yang saling menguatkan bukan perbedaan yang bertentangan, sehingga narasi yang kita dengar tetap akan menimbulkan keindahan dan akan terus menjadi musim bunga bagi yang terus mau belajar, membaca, tadarus dan tadabbur Al-Qur’an lebih-lebih di bulan suci Ramadhan ini.
Doa Agar Al-Qur’an Jadi Musim Bunga di Hati
Ya Allah! Jadikanlah al-Quran yang Agung ini musim bunga bagi hati kami, cahaya bagi dada-dada kami, penghilang kesedihan kami dan penghapus kegusaran kami” (Doa ini adalah petikan daripada hadis riwayat Ahmad bernombor 3712.)
———————————————-
Referensi
1. Al-Qur’an dan terjemahnya
2. Kitab Hadits Imam Ahmad.
3. Tafsir Al-Azhar surat Al-Balad Buya Hamka
4. Tafsir Al-Balad Firanda Andirja
5. Tafsir TAFSIR AL-MISHBAH Karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab