Masyarakat Darmo Muara Enim Siap Kembali Ke Pertanian

Enimpost.com, MUARA ENIM – Jika permintaan batubara dunia di masa depan tidak akan ada lagi. Masyarakat Desa Darmo Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim selama ini di kelilingi tambang batubara akan kembali ke sektor pertanian. Hal itu, menurut mereka, bahwa adanya kegiatan batubara selama ini tidak siknifikan berdampak, pada kegiatan ekonomi masyarakat.

“Tidak banyak warga Desa Darmo yang bekerja di sektor pertambangan. Sampai saat ini, mereka masih Berkegiatan di sektor pertanian, khusunya perkebunan karet,” kata Kepala Desa Darmo Ilwan, saat mengikuti kegiatan workshop “Dimensi Sosial Transisi Batubara Berkeadilan” yang berlangsung di Kantor Desa Darmo, Minggu (29/1/2023).

Adanya kegiatan pertambangan batubara oleh perusahaan saat ini. Kata Kades, pihaknya meminta kepada perusahaan-perusahaan itu bisa mengakomodir para pemuda desa usia produktif untuk kerja. Kemudian, pihaknya meminta juga kepada perusahaan, agar para pemuda-pemudi desanya bisa dibekali dengan ketrampilan kerja di tambang, UMKM, maupun bantuan pendidikan melalui beasiswa ke jenjang perguruan tinggi.

“Dimana yang perlu kita pikirkan sekarang ini yakni anak-anak mudanya, usia di bawah 40 tahun ini. Bagaimana supaya mereka tidak mengganggur, ada pekerjaan atau usaha supaya mandiri. Karena warga usia lebih dari 40 tahun itu sudah kurang produktif lagi bekerja di tambang, mereka tetap berusaha di pertanian,” imbuh Ilwan.

Sementara itu, Hamida dari Dalla Institute tujuan dari riset Ia lakukan pada masyarakat sekitar tambang batubara mengungkapkan, saat ini dunia tengah berencana untuk beralih pada energi terbarukan. Sesuai dengan komitmen negara-negara pada G20 di Bali lalu. Dalam rangka mengurangi emisi karbon dari batubara. Kata dia, energi batubara salah satunya yang akan tidak lagi di pakai untuk masa depan. Padahal, 80 persen batubara nasional diekspor ke berbagai negara, hanya sekitar 20 persen untuk kebutuhan dalam negeri salah satunya untuk PLTU.

“Bisa kita bayangkan, jika sepuluh atau duapuluh tahun kedepan batubara kita itu tidak laku. Apa persiapan masyarakat yang ada di sekitar tambang. Saat ini saya sedang melakukan penelitian ini di Kalimantan dan Sumsel,” kata Hamida saat menjadi pembicara pada workshop tersebut.

Menurutnya, tidak mustahil kedepan negara-negera yang saat ini masih tergantung dengan batubara pada Indonesia akan menghentikan permintaannya. Sehingga bisa di pastikan, hal tersebut akan mempengaruhi situasi ekonomi, dan sosial secara nasional.

“Maka riset ini dilakukan nantinya bisa menjadi bahan masukan kepada pemerintah, maupun pemangku kepentingan. Sehingga masyarakat dapat benar-benar siap jika hal itu terjadi,” urainya.

Dia menerangkan, definisi transisi batubara dalam risetnya di Muara Enim dan Lahat ini, yakni ketika terjadi perubahan di PLTU dan wilayah sekitarnya kerena perubahan kebijakan dan pengalihan PLTU, karena pensiun dini atau penurunan harga pasar, dan karena permintaan domestik dan internasional dari batubara.

Menurutnya, potensi dampak transisi batubara, maka akan terjadi pengurangan tenaga kerja massal atau pengangguran meningkat, serta peluang usaha atau ekonomi yang berdampak pada kehidupan masyarakat yang tergantung pada batubara.

“Definisi ‘Transisi berkeadilan’ akan dikembangkan berdasarkan perspektif pemangku kepentingan dalam setudi, atau riset ini,” pungkasnya.(ep)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *